
Jakarta,- dettiknews.com Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono telah menyampaikan instruksi penataan kawasan berbasis kelurahan pada 18 Oktober 2022 lalu. Sejak arahan itu disampaikan, titik-titik kumuh yang ada di sejumlah kelurahan di Jakarta kini telah dirapikan.
Dalam arahannya, Heru memberikan kewenangan kepada perangkat daerah tingkat kelurahan untuk membenahi lokasi sesuai dengan lingkup tugasnya serta berkoordinasi dengan instansi terkait. Sementara, kecamatan diminta memberikan dukungan dalam program penataan.
Lokasi yang perlu ditata dipilih berdasarkan masalah yang disorot warga, seperti tumpukan sampah dan wilayah kumuh yang perlu dilakukan penataan. Dengan harapan, hasilnya bisa dirasakan masyarakat.
Kriteria penataan dibagi menjadi bersih, hijau, dan tertib. Bersih artinya tidak ada sampah dalam bentuk apapun, terdapat tempat sampah pilah, saluran atau tali air berfungsi dengan baik, tak ada coretan liar, dan sarana serta prasarana Pemprov terawat.Lalu, hijau artinya terdapat pohon dan tanaman yang terawat di lokasi penataan kawasan. Terakhir, tertib kriterianya tak ada Pedagang Kaki Lima (PKL) liar, bersih dari parkir ilegal, dan tak terdapat spanduk yang dipasang secara liar.
Salah satu lokasi yang menerapkan ketiga hal itu adalah Lurah Koja Jakarta Utara, Frimelda Novitara, juga sudah empat kali menata wilayahnya. Mulai dari kolong jembatan, bantaran kali, hingga pinggir jalan telah dirapikan, bersama jajaran dan pihak terkait.
“Kita mulai penataan dari bulan terakhir 2022 sama 2023 awal. Kami mengambil lokasi taman daerah Cipeucang,” kata Frimelda
Sebelumnya, Cipeucang kerap dijadikan parkir dan PKL liar oleh oknum setempat. Pohon dan tanaman yang ditanami juga jadi kering dan tidak terawat.
“Kebetulan di antara taman tersebut ada lapangan voli. Jadi, istilahnya kami bagus sekali. Itu lapangan yang cukup aktif, biar orang juga enak melihatnya,” ucap Frimelda.
Selanjutnya, pihaknya menata kawasan kolong tol di RW 7, dengan melakukan pengecatan hingga penanaman tumbuhan hias.
Lalu, pihaknya juga membuat fasilitas budidaya tanaman di tengah perkotaan atau urban farming di jampea. Lewat program ini, masyarakat diharapkan bisa merasakan dampak dari berbagai hasil tanam yang dihasilkan.
“Alhamdulillah, untuk taman yang di kebun jampea itu, kami sudah lakukan beberapa kali panen. Seperti kangkung dan sawi, sebulan sekali panen, jelas Frimelda.
Meski air sulit karena musim kering, keberadaan urban farming ini memantik masyarakat sekitar untuk lebih aktif bercocok tanam di tengah. “Kita berharap, ya ketika panen, kita selalu melibatkan kader atau warga sekitar. Hasil panen kami bagi- bagikan kepada mereka, tambahnya.
Menurutnya, warga merasakan manfaat nya. Mereka senang, lingkungan di sekitarnya jadi indah dan bersih. Taman Cipeucang bisa jadi tempat joging dan jalan santai lansia tiap pagi. Saya lihat, lansia pada keliling di taman itu,” ungkap Frimelda.
Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, mengakui, penting menata kawasan berbasis kelurahan. Ia pun menyarankan, ke depannya pihak lain juga terlibat, dari profesional, komunitas, hingga ahli soal penataan kawasan.
“Pj Gubernur bisa mengundang atau mengajak asosiasi profesi, perguruan tinggi di kelurahan tersebut, komunitas masyarakat, serta pihak swasta atau perusahaan mengembangkan kelurahan temasuk berkelas dunia atau global, dengan penataan kelurahan secara menyeluruh dan tuntas ujarnya
Ia juga menganjurkan agar penataan kawasan berorientasi pada keunggulan atau ciri khas tiap wilayah. Tujuannya supaya keunggulan yang dimiliki semakin ditonjolkan dan memberi lebih banyak dampak positif.
“Misalnya, kelurahan di kawasan Kota Tua tentu yang mendukung kawasan pariwisata bersejarah. Sedangkan kelurahan di kawasan pesisir utara dirancang bagaimana menjadi kelurahan hijau dengan hutan mangrovenya, tidak mengalami banjir rob, dan tidak kesulitan air bersih,” pungkasnya.
(JHON )