
Jakarta dettiknews.com Menuju target Net Zero Emission (NZE) pada 2060, Indonesia perlu mengoptimal kan potensi energi baru terbarukan (EBT) sebagai pengganti energi fosil.dengan potensi EBT yang mencapai hampir 4 TW, penggantian energi fosil bukanlah hal yang mustahil jika pemanfaatannya ditingkatkan.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) pun turut mendukung pelaksanaan program transisi energi tersebut dengan memberikan rekomendasi kepada pemerintah dalam upaya peningkatan bauran energi dan memasukkan upaya pemerintah tersebut ke dalam Agenda Prioritas Pengawasan (APP) Tahun 2024.
Pada September 2024, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bekerja sama dengan Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas) mengundang instansi-instansi pemerintah, salah satunya BPKP untuk menghadiri Forum Tematik Bakohumas yang bertema “Cirata Mendunia: Membangun Reputasi Global Kejar Target Net Zero Emission (NZE)”. Forum ini dilaksanakan dalam rangka menyosialisasikan kebijakan pemerintah berupa transisi energi yang perlu untuk terus dimasifkan, mulai dari regulasi hingga capaian dalam rangka mewujudkan NZE menjadi informasi yang terus digaungkan kepada publik.
Pemerintah saat ini terus berupaya dalam mengakselerasi transisi energi di Indonesia dengan mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan memanfaatkan energi terbarukan, salah satunya air. Indonesia memiliki potensi energi air yang sangat besar dengan total potensi mencapai 89,37 GW yang tersebar di 293 lokasi. Adapun potensi di bendungan yang mencapai 14.701,71 MW di 257 lokasi.
Salah satu langkah potensial dari transisi energi adalah dengan melakukan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di atas permukaan waduk, salah satunya yang telah beroperasi di Indonesia adalah PLTS Terapung Cirata.
PLTS Terapung Cirata adalah salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dimiliki oleh PLN Nusantara Power dan menjadi etalase percepatan transisi energi dalam mendukung pencapaian pemerintah Indonesia menuju NZE. PLTS yang menempati area Waduk Cirata tersebut akan dapat memberikan kontribusi terhadap NZE sebesar 245 GWh/Tahun Energi Hijau dan 214.000 Ton reduksi CO2/Tahun.
Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam (ESDA) Lana Saria, dalam forum tersebut menyampaikan, “Salah satu contoh nyatanya adalah Pembangunan PLTS Terapung Cirata sebagai PLTS terbesar se-Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia. PLTS ini dibangun di atas Waduk Cirata seluas 200 hektare yang berlokasi di tiga kabupaten, yakni Purwakarta, Cianjur, dan Bandung Barat. Mempunyai kapasitas 145 MW Ac atau setara 192 Mega Watt peak (MWp), dan terdiri dari 13 pulau dengan total luasan panel surya sekitar 130 hektare,” ungkap Lana.29/9/2024.
PLTS Terapung Cirata berkapasitas 192 MWp yang diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo ini merupakan PLTS Terapung terbesar se-Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia setelah “Dezhou Dingzhuang Floating Solar Farm” yang berkapasitas 320 MWp di Tiongkok dan “Omkareshwar Floating Solar Power Park” berkapasitas 278 MWp di India.
Potensi air di danau-danau seluruh Indonesia juga memiliki cadangan energi yang besar. Tercatat bahwa total potensi energi dari danau sebesar 74.665,25 MW di 36 lokasi. Lana menyampaikan bahwa Indonesia masih memiliki peluang yang sangat besar untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya air sebagai bagian dari transisi energi bersih yang sedang diupayakan.
Target mencapai NZE 2060 ini, imbuh Lana, bukannya tanpa tantangan. Pengurangan emisi dari pembangkit listrik, pensiun dini PLTU, hingga optimalisasi sumber energi baru dan terbarukan, menjadi tantangan program ini. “Untuk mengatasi tantangan-tantangan itu, pemerintah telah menetapkan rencana untuk pengembangan 367 gigawatt (GW) pembangkit listrik EBT pada tahun 2060. Kapasitas PLTS akan menjadi 115 GW, pembangkit listrik terbesar, diikuti oleh PLTA (46 GW), PLT Amonia (41 GW), dan PLTB (37 GW). Selain itu, tidak ada tambahan pembangkit listrik batu bara setelah tahun 2030, kecuali yang sedang dalam tahap konstruksi,” tandas Lana.
Dalam forum tersebut juga, Direktur Utama PT PJB Masdar Solar Energy (PMSE) Dimas Kaharudin turut menjelaskan mengenai potensi penggunaan teknologi pembangkit listrik terapung untuk diterapkan di Indonesia.
Hingga saat ini, di Indonesia terdapat 192 bendungan (dams) and waduk (reservoirs) dengan luas tangkapan area 86.247 hektar yang memiliki potensi tinggi untuk dioptimalkan sebagai pembangkit listrik terapung sebesar 17.200 MW.
Bercerita ke belakang (flashback),
Dimas menerangkan bahwa di area Waduk Cirata sebenarnya telah ada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata yang beroperasi pertama kali tahun 1988 yang menghasilkan 1.008 MW dan memiliki delapan turbin francis. PLTA Cirata ini termasuk bagian dari sistem kaskade (cascade system) dari daerah aliran sungai Citarum yang terdiri dari tiga PLTA besar, yaitu PLTA Saguling, PLTA Cirata, dan PLTA Jatiluhur dengan total kapasitas 1.900 MW dengan total area waduk sebesar 13.000 hektar
(130 km²).Dalam perkembangannya, sekitar tahun 2020 dilakukan pengembangan proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, yang dimulai pengerjaan konstruksinya pada 17 Mei 2021, kemudian mulai beroperasi pada tahun 2023. Pembangunan proyek PLTS Terapung Cirata ini didasarkan pada kolaborasi joint investment, hubungan bilateral, dan kemitraan yang sukses baik G2G maupun B2B untuk menciptakan dunia yang lebih baik dan hijau dengan sharing risiko.
Kerja sama pembangunan PLTS Terapung Cirata dilakukan dengan Masdar yang merupakan worldwide renewable company dan didukung oleh tiga reputable lenders, yaitu Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Societe Generale, dan Standard Chartered Bank. Proyek ini juga meningkatkan Foreign Direct Investment di Indonesia senilai USD143 juta.
Dengan adanya PLTS Terapung Cirata ini juga membantu masyarakat untuk mendapatkan pasokan listrik yang lebih hijau. Bahkan membuka kesempatan kepada masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pengembangan energi hijau baik dengan Renewable Energy Certificate (REC) maupun perdagangan karbon. Hal ini click sebagai wujud komitmen dan kepedulian negara terhadap lingkungan serta keberlanjutan.
(Parlin)