Jakarta, dettiknews.com.Presiden Prabowo Subianto Penuhi Undangan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Gaza, Presiden berada di Kairo, Mesir, untuk menghadiri Emergency Summit for Gaza Peace Implementation. Kunjungan ini bukan sekadar pertemuan bilateral, melainkan langkah diplomatik strategis yang menandai babak baru peran Indonesia dalam mendorong perdamaian Timur Tengah, khususnya di Gaza. Di tengah momentum awal gencatan senjata yang rapuh dan perhatian dunia yang tertuju pada wilayah konflik Gaza,
Indonesia melangkah maju.tidak hanya membawa suara moral, tetapi juga kesiapan operasional, pengalaman diplomatik, dan kapasitas militer yang dihormati dunia.
Pertemuan tingkat tinggi ini bukan lagi sekadar forum pernyataan bersama. Ini adalah ruang konkret penyusunan mekanisme untuk menghentikan kekerasan, mengamankan koridor kemanusiaan, serta menyiapkan kehadiran internasional guna menjamin pelaksanaan gencatan senjata yang telah dicapai.
Menyatukan diplomasi dan disiplin lapangan Kairo hari ini adalah panggung strategis, tempat berbagai kekuatan dunia bertemu untuk menyatukan kehendak.di saat sebagian aktor besar masih berhitung dengan kehati-hatian,
Indonesia mengambil posisi berbeda: aktif, tenang, dan terukur.
Kini, komitmen itu bergerak dari podium ke meja teknis. Indonesia masuk ke inti diskusi: perumusan mandat, zona aman, struktur komando, serta prosedur operasi yang menghormati hukum humaniter internasional.
Peran Indonesia dalam pasukan multinasional ini menjadi krusial, bukan hanya karena jumlah 20.000 personelnya, tetapi juga karena rekam jejak, kesiapan logistik, dan penerimaan luas dari komunitas internasional.
Kredibilitas Indonesia tidak dibangun dalam semalam. Selama dua dekade terakhir, Indonesia memperkuat kapasitas pasukan perdamaian, membangun interoperabilitas lintas matra, serta memperluas keterlibatan dalam misi PBB di berbagai kawasan. Dari Lebanon hingga Afrika Tengah, pasukan Indonesia dikenal profesional dan dipercaya oleh warga sipil di lapangan. Kehadiran Indonesia di Kairo membawa jejak panjang itu sebagai bukti, bukan janji.
“Warga sipil tidak dilindungi dengan kata-kata, tetapi dengan mandat, logistik, dan kemauan politik,”
Presiden Prabowo membawa ketiganya: mandat kuat, kesiapan pasukan, dan posisi politik yang netral serta dipercaya.
Indonesia: tidak agresif, tetapi asertif; tidak mendikte, tetapi membentuk konsensus; dan tidak sekadar hadir dalam forum, tetapi sebagai penggerak hasil nyata.
Solidaritas bukan sekadar retorika, melainkan kerja nyata dari garis depan. Indonesia dan arsitektur perdamaian baru
Ketika sebagian negara masih berdebat, Indonesia datang dengan kesiapan. Ketika sebagian aktor menunggu dinamika geopolitik berubah Indonesia sudah mulai bekerja.
(Parlin)
